Senin, 13 Desember 2010

SAHABATKU, MATAHARIKU, KEHIDUPANKU

Dear diary,
Rasanya aku ingin memutar waktu, andaikan mungkin, ingin kuulang kembali semuanya.
Aku masih ingat bagaimana raut wajahku saat pertama kali bertemu dengannya, pahit mungkin. Jujur aku membencinya meskipun saat itu aku bahkan belum mengenalnya. Yang ada di benakku, dia punya segalanya, membuat aku ingin berteriak ‘aku iri padamu hey gadis cantik’. Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pikiranku kalau dia akan menjadi bagian penting dalam hidupku saat ini. Tak pernah terpikirkan kalau dia, gadis cantik itu, akan menjadi sahabat terbaikku. Dia bernama Bella, gadis yang sebagian besar orang memanggilnya “cantik”, dia sahabatku, dan sekarang aku bangga menyebutnya begitu.
Aku juga mungkin dulu membencinya, dia yang dipanggil anak baru, eksekutif muda, tuan muda atau apalah itu. Sombong. Raut wajahnya seolah olah mengatakan bahawa dia akan mendapatkan segala apa yang dia inginkan. Tapi sekali lagi aku salah, dia sama sekali tidak seperti yang dibayangkan. Dia Nando, dia orang terbaik dan tertulus yang pernah aku temui, dia sahabatku, dan aku sangat beruntung mengenalnya.
Mereka sahabatku, matahariku, kehidupanku. Kami telah melewati berbagai hal bersama, dari mulai tawa hingga air mata. Tak pernah sedikitpun aku menyesal mengenal mereka, mereka yang saat ini adalah bagian penting dalam hidupku, yang kebahagiaannya adalah kebahagiaanku, yang kesedihannya adalah kehancuranku, yang tawanya adalah matahariku, dan yang tangis dan sedihnya adalah gelapku.
Aku ingin menyampaikan pesanku untuk mereka. Semoga suatu saat mereka dapat membacanya dan mereka akan tau betapa besarnya aku menyayangi mereka.

Bella sahabatku,
“Belum pernah aku bertemu dengan orang yang hampir setipe denganku seperti kamu, belum pernah ada orang yang mengerti aku seperti kamu, belum pernah ada orang yang rela menutup mulut dan membuka telinganya lebar lebar hanya untuk mendengarkan keluh kesahku” itu kalimat paling bermakna yang pernah kau tuliskan untukku, masih kusimpan, dan meskipun hilang kalimat itu akan selalu tersimpan dihatiku.
“kawanku, kamu dan aku akan tetap asing terhadap kehidupan, terhadap satu sama lain, dan terhadap diri masing masing, sampai hari ketika kamu berbicara dan aku mendengar, menganggap suaramu suaraku; dan ketika aku berdiri dihadapanmu, mengira aku berdiri dimuka cermin” – kata kata Kahlil Gibran ini mungkin telah mewakili apa yang aku rasakan padamu.
Mungkin terkadang aku iri padamu, terkadang aku berharap aku adalah kau, karena kau punya segalanya, kau punya orang tua disisimu, sahabat yang selalu setia mendukungmu, dan orang orang yang sayang padamu. Tapi perlu kau tau, meskipun begitu, aku selalu berharap kisahmu akan jauh lebih indah dari pada kisahku. Tapi hidup tak selalu indah sahabatku, kadang kita akan terjatuh, kadang kita akan menangis, kadang kita ingin menyerah dan kadang kita akan kehilangan.
Beberapa hari yang lalu aku marah besar padamu, tapi perlu kau tahu, aku marah bukan karena aku membencimu, aku marah karena aku menyayangimu. Aku marah karena kau selalu menganggap dirimu adalah orang paling menyedihkan di dunia, dan kau salah. Aku marah karena kau tak pernah menyadari arti senyummu untuk kami semua. Aku marah karena kau selalu menganggap dirimu lemah.
Aku tau saat itu kau berharap aku akan memelukmu, kau akan menangis di pundakku, dan aku akan menghiburmu, sama seperti biasanya. Tapi kau salah, dan mungkin kau kecewa. Yang aku mau, kau bangkit sendiri, jangan bergantung pada orang lain. Mungkin saat ini kau punya aku, tapi bagaimana jika esok aku tiada? Bagaimana jika esok aku dipanggil-Nya? Lalu pada siapa kau akan bersandar? Wanita itu tak harus lemah, cantik. Mau tau sedikit rahasia bahwa Tuhan menciptakan wanita dengan keistimewaan? Ya , wanita diciptakan dengan kemampuan untuk mengatasi beban lebih dari laki laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan mandapatkannya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menangis, dan dia mampu mencintai tanpa syarat, tapi ada satu hal yang kurang dari wanita, dia lupa betapa berharganya ia.
Aku tau suatu saat kau akan membaca buku diaryku ini, dan mungkin saat itu aku sudah tak ada di dunia. Yang aku mau, jadilah wanita yang kuat, tersenyumlah, karena senyummu adalah kebahagiaanku. Maaf jika aku bukanlah sahabat yang baik, tapi perlu kau tau, aku menyayangimu lebih dari diriku sendiri.


Nando,
“banyak teman yang ikut denganmu di limousine (baca: Vios :p), tapi yang kau inginkan adalah seseorang yang mau naik bus denganmu ketika limomu rusak” oprah Winfrey.
Mengenalmu adalah sebuah kebahagiaan karena kau selalu membawa kebahagiaan dalam hidup kami (aku dan Bella). Mungkin aku tak selalu memahamimu, tapi yang ku ingin kau tau, aku menyayangimu, berharap semua yang terbaik untukmu dan untuk masa depanmu. Aku memang cerewet, tapi cuma itu yang bisa aku lakukan untuk menunjukan bahwa aku peduli.
Jadi sahabat laki laki sendirian diantara 2 perempuan pasti sulit. Kau tau kan kami selalu iri jika kau berat sebelah, sampai sampai kau bilang seperti punya dua istri dan sulit untuk besikap adil. Tapi kurasa kau telah lakukan yang terbaik yang kau bisa. Jujur kadang aku merasa kau lebih peduli pada Bella, tapi sekarang aku sadar bahwa kau juga sangat peduli padaku, kau telah melakukan banyak hal untukku. Jadi aku minta maaf jika terkadang aku marah padamu karena hal bodoh itu.
Nando, kami tau kami lemah, kadang kami tak cukup kuat untuk menghadapi dunia sendirian. Pada saat itulah, pada saat kami lemah, kami membutuhkanmu menjadi pelindung kami, karena kau laki laki.
Jika aku tiada, kumohon jaga Bella, kumohon buat dia kuat, gantikan aku menjadi sandarannya. Jika aku tiada, kumohon jadilah lebih bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri, kumohon berusahalah menggapai impianmu, impian tulus yang pernah kau sampaikan pada kami. Kau ingat aku pernah bilang “suatu saat nanti aku ingin melihatmu benar benar menjadi seorang eksekutif muda” wujudkan itu, kumohon.

Sahabat kalian,
Clara
......................................................................................................................................................................

Aku menangis. Entah karena memang sifat dasarku yang cengeng atau karena dia yang terlalu cepat pergi.
Kakak, begitu aku biasa memanggilnya. Bukan karena dia lebih tua, bukan karena tubuhnya lebih besar dariku, dan bukan karena dia seniorku; tapi karena dia punya pemikiran yang jauh lebih dewasa dari pada aku, dia selalu menjadi pelindungku, dan selalu menjadi sandaranku. Dia Clara sahabatku, dia yang sebagian besar orang memanggil kami ‘si kembar’. Entahlah tapi menurutku kami berbeda, kami pun tak ada ikatan darah; mungkin karena postur tubuh, rambut dan gaya kami yang hampir sama sehingga tidak sedikit orang yang tertukar memanggil nama kami.
Aku menyukai pribadinya yang sederhana, simpel dan terkesan cuek apa adanya. Aku masih ingat dia selalu ‘ngomel’ setiap kali aku berpikir atau bertingkah laku yang menurutnya ‘ribet’ , aku pasti akan bilang “hidupku memang rumit, kau kan tau itu” , dan dia akan mulai ceramah panjangnya “bukan hidup yang rumit, tapi kamu yang tidak pernah mencoba untuk berpikir sederhana” kalau sudah begitu aku pasti akan mengalah dan menuruti nasehatnya.
Dia adalah motivator terbaikku, dia punya -mungkin ratusan- kata kata mutiara yang siap ia berikan padaku setiap aku mengalami ‘patah hati’. Tapi yang lebih membuat aku kagum adalah dia bahkan bisa tersenyum saat hatinya menangis, seperti saat dia ‘patah hati’ -dia juga remaja biasa seperti kita yang bisa ‘patah hati’- karena seseorang. Dia masih bisa menghiburku bahkan saat dia sendiri butuh dihibur, dan aku sangat berterimakasih karenanya. Tapi yang aku heran, dia terlalu mudah untuk menangis jika ada salah satu diantara kami yang bersedih. Ketegarannya dan kemandiriannya adalah sumber inspirasiku, dia bahkan tak pernah mengeluh akan penyakitnya karena dia tak ingin dikasihani dan tak ingin membuat orang lain khawatir, sebuah alasan yang bodoh menurutku
Aku benci padanya! Dia pergi terlalu cepat, terlalu cepat meninggalkanku, meninggalkan kami.
“Lalu kakak, bagaimana mungkin aku bisa tetap tegar tanpa kakak? Bagaimana jika nanti aku ‘patah hati’ lagi? Siapa yang akan memelukku dan memberikan nasehat untukku? Bella butuh kakak, kakak tau itu kan? Lalu kenapa kakak pergi?” aku terus merutuki diary itu, diary yang diberikan mama Clara sebulan setelah Clara meninggal dunia.
Hari ini aku menangis disamping Nando, seharian penuh. Kucoba untuk tegar dan mengikhlaskannya, tapi itu sulit, sangat sulit. “ku tau kau benci ini, tapi kumohon kakak, izinkan aku menangis..... izinkan aku untuk rapuh.... hari ini saja.. karena kau tau ini berat. Dan aku janji besok kau pasti akan melihatku kembali tersenyum dan tertawa seperti biasanya, besok akan kucoba tegar, seperti yang kau mau, kakak. Aku akan jadi seperti apa yang kau mau, aku janji”
Mengenal Clara adalah sebuah hadiah Tuhan yang paling indah, dia seperti malaikat yang diutus Tuhan untuk menjagaku, dan sekarang aku percaya itu. Tapi Tuhan terlalu cepat mengambilnya kembali.

..........................................................................................................................................................................

Aku laki laki, aku tau itu. Kau tak suka melihat lelaki lemah, aku tau itu. Tapi tidak bisakah kau beri pengecualian untuk kali ini saja? biarkan aku bersedih untuk hari ini saja. Tak bisa ya? Ya ya ya, aku tau pasti kau akan bilang kalau laki laki itu harus lebih kuat dari perempuan, dan aku harus bisa menjadi sandaran Bella, ya ya ya, tak usah mulai ceramahmu, akan kuturuti maumu Clara, sahabatku yang paling cerewet.
Jujur aku rindu dengan ‘cerewet’mu itu, aku rindu ceramah ceramah yang selalu kau berikan padaku saat aku lalai, aku rindu melihat semangatmu. Mungkin selama ini aku tak pernah bilang, tapi andai kau tau, aku benar benar rindu padamu. Kenapa kau meninggalkan kami secepat itu? Bukankah cita citamu belum kau raih? Mana semangatmu yang waktu itu kau banggakan?
Kau pernah bilang kalau tidak ada orang yang menganggapmu penting, kau salah.... karena kau adalah bagian penting dalam hidupku,,, hidup kami. Aku menyayangimu, sangat menyayangimu sebagai sahabat terbaikku. Tak masalah kalau kau sulit memahamiku, tapi yang aku tau kau mau menerima aku apa adanya sebagai sahabatmu. Tapi kau pergi terlalu cepat.

.............................................................................................................................................................................

1 bulan sebelumnya.
Ya Tuhan, kenapa aku sulit bicara? Apakah sudah waktunya? Apa amalku sudah cukup ya Tuhan? Apakah aku sudah membahagiakan orang orang yang aku cintai??? Ahhhh aku ingin bilang aku sayang mereka, aku ingin bilang selamat tinggal Ya Tuhan. Aku mohon, untuk yang terakhir.
“ayo bangun sayang, mama percaya kamu kuat”
Ahh suara itu... aku dengar,,, aku dengar suara mama, itu suara mama. Ya aku mulai ingat, sekarang aku sedang tertidur, tapi entah sudah berapa lama, entah satu minggu, dua minggu atau bahkan satu bulan?? Aku harus bangun sekarang, aku harus bilang.
“mama, Clara sayang mama. Maaf Clara belum memenuhi permintaan mama.”
“iya sayang, mama tau, mama sudah ikhlas” ucap mama sambil menangis.
“Mama, Clara capek, Clara mau tidur, tidur panjang. Tak apa kan ma? yang terpenting clara sudah pamit sama mama. Tolong kasih diary Clara buat sahabat sahabat Clara. Mama jangan nangis lagi ya. ” ucapku terbata bata, ternyata lebih sulit dari apa yang aku bayangkan. Masih banyak kata kata yang belum tersampaikan, tapi sudah tak ada waktu. Andai dulu aku dapat lebih menghargai waktuku yang tersisa, andai waktu dapat diulang, andai Kau berikan aku waktu lebih panjang Ya Tuhan. Tapi aku tau sekarang sudah tak ada waktu untuk berandai andai.
Mulai kututup mataku. Kuberdo’a didalam hati,,, ahh tapi apakah masih ada kesempatan untuk memohon Ya Tuhan? Ku tau Engkau maha pemurah, kalau begitu berikanlah aku kesempatan, biarkanlah aku membuat permohonan, satu saja. Aku tau aku sudah tak punya waktu, aku tau sudah tak ada yang bisa aku lakukan, aku tak dapat mengubah apapun, aku tau itu. Tapi yang aku inginkan hanya sebuah permintaan kecil, “aku ingin mereka, mereka yang aku sayangi, dapat selalu tersenyum sehingga tak akan ada lagi air mata selain air mata kebahagiaan.” Kabulkanlah Ya Tuhan .
Terimakasih atas 17 tahun umur yang Kau berikan. Terimakasih atas hidup yang sangat indah ini Ya Tuhan. Dan sekarang waktuku telah habis, Kau bisa menjemputku.


“Kau tau tempat diantara terbangun dan terjaga? Tempat dimana aku aku masih mengingat impian dan mimpi? Itulah tempat dimana aku selalu berpikir tentang mu sahabatku” – Tinker Bell
“bukan kebetulan saat bumi mengelilingi matahari, bukan kebetulan pula ketika matahari panarkan kehidupan di bumi. Pun bukan kebetulan saat aku bertemu denganmu, sahabatku, matahariku, kehidupanku” – Ryan prayoga
“jika kau kehilangan aku, kau bisa menemukan aku dari waktu kewaktu” – Cindy Lauper
“kau tau seberapa berhargakah 1 detik itu? Tik. Sebentar saja ia langsung berlalu. Tik. Satu detik kembali pergi. Tak ada harganya. Tapi tunggu sampai kau sadar waktumu hampir habis. Tik. Kau teringat mimpi mimpimu yang belum sempat kau wujudkan. Tik. Kau sadar kau tidak cukup menyayangi keluarga & sahabat sahabatu. Tik. Tik. Tik. Kau panik, takut menyia-nyiakan waktu lagi” Orizuka dalam novel the truth about forever

2 komentar:

Bang PooL mengatakan...

wele2 update blog yeuh ,
tp kayak'a dah pernah baca dimana gtu ... :)

i'm just me mengatakan...

yee ini karya gue sendiri tauu --"
buat cerpen tugas bahasa indonesia dr bu Kania .